DalamAlquran kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi umat manusia yang senantiasa dapat menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa itu. Dalam kamus Bahasa Indonesia, Kaum 'Ad: 18,19,20, Kehancuran Fir'aun: 41-41, Kehancuran kaum Luth: 33-40, Kehancuran kaum Nuh: 9-16, Kehancuran kaum Tsamud:23-32. 42. Al Menurutkitab al-Mu'jam al-Mufahras li al-faz al-Quran al-Karim Al-Quran menyebutkan lafadz ajal sebanyak 56 kali dengan beraneka macam bentuk seperti, menjadi fi'il, isim Masdar, bentuk tasniyyah dll. Aneka macam bentuk tersebut tidak selalu membahas tentang kematian, seperti contoh lafadz ajāl yang menunjukkan makna selain kematian tentang anjuran kewajiban menulis hutang piutang KehancuranYahudi dan Bebasnya Masjid Al-Aqsha Menurut Sayyid Quthb dalam "Fi Dzilalil Qur'an" menyatakan bahwa peristiwa Isra yang disebut dalam surat Al-Isra' adalah mengabarkan tentang tumbangnya kejayaan Bani Israel. Peristiwa Isra merupakan tanda kekuasaan Allah dan sebuah perjalanan yang menakjubkan dalam ukuran empirik manusia. ayat 8-9) Mungkin sampai level kehancuran galaksi atau alam semesta, hanya Allah yang tahu. Era di mana tidak ada Sehingga kalau Alquran di ubah bahasanya menjadi bahasa Indonesia, maka lafalnya yang keluar dari mulut bukan lagi bahasa Arab Quraish. Sepeti kita ketahui, berbeda sedikit saja logat manusia dalam membaca Al-quran akan MenurutHarun Yahya, manusia baru mengetahui tahapan pembentukan hujan setelah radar cuaca ditemukan. Namun, Alquran telah menjelaskan secara detail pada 14 abad silam. Berdasarkan pengamatan radar, papar Harun, pembentukan hujan terhadi dalam tiga tahap. ''Pertama, pembentukan angin; kedua, pembentukan awan; ketiga, turunnya hujan,'' papar Harun. Terlebihapabila perbuatan dosa telah merajalela terjadi di segala sektor kehidupan manusia, akibatnya terjadi kekacauan dan kehancuran. Dalam Alquran Allah SWT menceritakan beberapa negeri atau kerajaan yang hancur karena penyimpangan dan penyelewengan atau perbuatan dosa yang merajalela, seperti kaum Tsamud (suku bangsa Arab yang sudah punah dz3sh. — Setiap umat ada ajalnya. Ada masa berakhirnya kejayaan dan kehidupan mereka. Rasulullah ﷺ telah menyampaikan kepada kita tentang sebab-sebabnya kehancuran umat terdahulu. Bukan mustahil hal serupa menimpa umat sekarang apabila tidak belajar dari masa lalu. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari azab-Nya. Demikian kata Ustaz Farid Nu’man Hasan, Dai lulusan sastra Arab Universitas Indonesia. Karena itu, perhatikanlah fenomena kehidupan manusia saat ini, apakah sudah terkumpul padanya sebab-sebab itu atau tidak. Semoga kita bisa mengambil iktibar dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. Baca Juga Kisah Nabi Shaleh dan Hancurnya Kaum Tsamud Ustaz Farid Nu’man mengungkapkan ada 3 sebab-sebab kehancuran umat terdahulu yang harus menjadi pelajaran bagi kita, yaitu 1 Hukum Tumpul ke Atas dan Tajam ke Bawah Rasulullah ﷺ menyebutkan ini sebagai penyebab binasanya umat terdahulu. Jika yang berbuat salah adalah para pejabat, orang kuat, tokoh, maka mereka selamat dan hukum tidak ditegakkan. Tapi, jika yang berbuat salah adalah rakyat biasa atu orang lemah, mereka dihukum, dipenjara, dan dilukai fisik dan rasa keadilannya. Perhatikan hadis berikut عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا وَمَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ ثُمَّ قَالَ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا Dari Aisyah radhiallahu anha bahwa orang-orang Quraisy sedang menghadapi persoalan yang menggelisahkan, yaitu tentang seorang wanita tokoh Bani Makhzumiyah yang mencuri lalu mereka berkata, “Siapa yang mau merundingkan masalah ini kepada Rasulullah ﷺ ?” Sebagian mereka berkata, “Tidak ada yang berani menghadap beliau kecuali Usamah bin Zaid, orang kesayangan Rasulullah ﷺ. Usamah pun menyampaikan masalah tersebut lalu Rasulullah ﷺ bersabda “Apakah kamu meminta keringanan atas pelanggaran terhadap aturan Allah?” Kemudian beliau berdiri menyampaikan khuthbah lalu bersabda “Orang-orang sebelum kalian menjadi binasa karena apabila ada orang dari kalangan terhormat pejabat, penguasa, elit masyarakat mereka mencuri, mereka membiarkannya dan apabila ada orang dari kalangan rendah masyarakat rendahan, rakyat biasa mereka mencuri mereka menegakkan sanksi hukuman atasnya. Demi Allah, sendainya Fathimah binti Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya”. HR. Al-Bukhari No. 3475 Kita melihat sikap tegas Rasulullah ﷺ kepada Usamah bin Zaid radhiallahu anhu, yang dianggap oleh suku Bani Makhzum sebagai “orang dalam” di lingkungan Rasulullah ﷺ yang bisa meluluhkan Rasulullah ﷺ untuk meringankan atau membatalkan hukuman atas wanita yang mencuri itu. Tapi, jawaban Rasulullah ﷺ adalah tegas, bahwa sebab kehancuran umat terdahulu karena ketidakadilan dalam penerapan hukum. Baca Juga Kisah Nabi Hud dan Penyebab Dibinasakannya Kaum Aad 2 Banyak Bertanya Maksud banyak bertanya’ yaitu pertanyaan yang tidak bermanfaat, memberatkan, dan mengundang fitnah. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah dalam hadis berikut ﷺ. كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ Abu Hurairah bercerita bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda “Apa yang telah aku larang untukmu maka jauhilah. Dan apa yang kuperintahkan kepadamu, maka kerjakanlah dengan sekuat tenaga kalian. Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena mereka banyak bertanya dan sering berselisih dengan para Nabi mereka.” HR Muslim No. 1337 Baca Juga Syekh Ali Jaber Alhamdulillah Saya Selamat dari Pembunuhan Contohnya adalah pertanyaan Bani Israil kepada Nabi Musa Alaihissalam, yang bertele-tele dan tidak penting tentang sapi yang Allah Ta’ala perintahkan untuk disembelih. Tujuannya agar tidak jadi mereka sembelih, tapi Nabi Musa menjawabnya dengan sabar. Akhirnya mereka pun menyembelihnya. Hal diabadikan dalam Al-Qur’an قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا ۚ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلَا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَا شِيَةَ فِيهَا ۚ قَالُوا الْآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ ۚ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami apa warnanya.” Dia Musa menjawab, “Dia Allah berfirman, bahwa sapi itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, yang menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada kami tentang sapi betina itu. Karena sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami, dan jika Allah menghendaki, niscaya kami mendapat petunjuk.” Dia Musa menjawab “Dia Allah berfirman, sapi itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak [pula] untuk mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan hal yang sebenarnya.” Lalu mereka menyembelihnya, dan nyaris mereka tidak melaksanakan perintah itu. QS. Al-Baqarah 69-71 Hari ini, tidak sedikit orang yang mengaku muslim mempertanyakan Islam bukan untuk mencari ilmu atau memperbagus kualitas diri, tapi bertanya untuk memperberat diri dan memunculkan kegaduhan, yang dengannya menganulir ketetapan-ketetapan agama. Mengapa warisan lebih banyak kaum laki-laki? Kenapa Islam membolehkan poligami? Mengapa ada jihad dalam Islam? Mengapa memperebutkan Al-Aqsha? Dan seterusnya. Namun, tidak semua pertanyaan itu tercela. Al-Qur’an sendiri menceritakan banyak pertanyaan dari manusia tentang hal-hal baik dan bermanfaat seperti – Yas’alunaka anil anfaal mereka bertanya kepadamu tentang harta rampasan perang – Yas’alunaka anir ruuh mereka bertanya kepadamu tentang ruh – Yas’alunaka anil mahidh mereka bertanya kepadamu tentang haid – Yas’alunaka anil ahillah mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit – Yas’alunaka anis saa’ah mereka bertanya kepadamu tentang kiamat Oleh karena itu, Syeikh Ismail Al Anshari rahimahullah mengatakan “Para ulama telah membagi pertanyaan menjadi dua jenis. Pertama, pertanyaan untuk mengetahui hal yang dibutuhkan berupa urusan agama. Ini justru diperintahkan karena Allah Ta’ala berfirman Bertanyalah kepada ahludz dzikr jika kalian tidak mengetahui, dan pada jenis inilah turunnya pertanyaan para sahabat tentang Al-Anfal [rampasan perang], Kalaalah, dan selain keduanya. Kedua, pertanyaan dengan kepentingan untuk menyakiti dan memberatkan, dan inilah yang dilarang.” At Tuhfah Ar Rabbaniyah, Syarah Hadits Arbain No. 9. Allah ﷻ menegaskan larangan bertanya yang menyulitkan diri sendiri يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan kepada Nabimu hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu.” QS. Al Maidah 101 Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan “Dan jika kalian tanyakan penjelasannya setelah turunnya perintah niscaya akan dijelaskan kepada kalian. Dan janganlah kalian menanyakan tentang sesuatu sebelum terjadinya, karena barangkali hal itu menjadi haram lantaran adanya pertanyaan itu. Baca Juga Dahsyatya Gempa yang Menimpa Umat Nabi Syu’aib, Ini Sebabnya 3 Menyelisihi Para Nabi Alaihimussalam Yaitu meninggalkan ajaran Nabi dan mengambil ajaran lain selain ajaran para nabi, dalam konteks zaman kita tentu menyelisihi ajaran Nabi Muhammad ﷺ. Jika meninggalkan, menyelisihi, sudah cukup menjadi sebab kehancuran suatu umat. Apalagi memerangi ajaran para Nabi Alaihimussalam, seperti mendiskreditkan Islam, fobia kepada hal-hal beraroma Islam, dan memusuhi para ulama yang tulus serta para pejuangnya. Kita lihat lagi keterangan hadits dalam poin ke dua di atas كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ Abu Hurairah bercerita bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda “Apa yang telah Aku larang untukmu maka jauhilah. Dan apa yang kuperintahkan kepadamu, maka kerjakanlah dengan sekuat tenaga kalian. Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena mereka banyak bertanya, dan sering berselisih dengan para Nabi mereka.” HR. Muslim No. 1337 Imam Ibnu Allan rahimahullah mengatakan “Faedah dari hadits ini adalah haramnya berselisih dengan para Nabi dan banyak bertanya tanpa keperluan mendesak, karena hal itu dijanjikan dengan datangnya kebinasaan. Ancaman keras terhadap sesuatu menunjukkan haramnya hal tersebut bahkan dosa besar. Karena, berselisih itu menjadi sebab pecahnya hati dan lemahnya agama, dan hal itu haram. Maka apa pun yang menjadi sebab kepadanya dia haram juga. Dalilul Faalihin, 2/415 Apa yang tertera dalam hadits ini sejalan dengan firman Allah Ta’ala فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ “…Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat fitnah atau ditimpa azab yang pedih. QS. An Nuur Ayat 63 Syahidul Islam, Syaikh Sayyid Quthb rahimahullah mengatakan maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan yaitu bala-bencana ditimpa azab yang pedih yaitu di akhirat. Abu Hayyan berkata, menyelisihi Rasulullah ﷺ menjadi sebab datangnya musibah bencana dan adzab yang pedih. Fi Zhilalil Quran, 5/402 Berlalu sudah sejarah manusia tentang binasanya kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Luth, kaum Aad, kaum Tsamud, dan lainnya, yang menyelisihi ajaran Nabi mereka, lalu Allah Ta’ala binasakan mereka. Kejayaan mereka hilang sekejap, dan saat ini kita bisa melihat kebenaran peristiwa kehancuran mereka melalui fosil-fosil mereka baik gedung, tiang, dan mayit mereka yang membatu. Semoga Allah Ta’ala meyanyangi kita dan menjauhkan kita dari bala bencana. Baca Juga Kisah Nabi Luth dan Kaum Sodom yang Ditenggelamkan di Laut Mati. Wallahu Ta’ala A’lam. */sumber Medan ANTARA News - Sedikitnya ada lima faktor penyebab kehancuran sebuah bangsa yang selama ini indikasinya banyak terjadi di Indonesia. Pengamat sosial politik, Drs. Ansari Yamamah, MA di Medan, Senin, mengatakan kelima faktor itu adalah punggawa pemerintahan menjadikan korupsi dan kolusi sebagai ajang pesta pora serta pengusaha hanya berkacamata kapitalisme. Selain itu cendekiawan, akademisi dan praktisi bertingkah seperti "anjing penjilat, pemuka agama juga terjebak pada bisikan materialisme dan kepentingan penguasa serta masyarakat awam yang sedang kesusahan tidak mau lagi berdoa. Menurut Ansari, ketika punggawa pemerintahan telah menjadikan korupsi dan kolusi sebagai ajang pestapora, maka peraturan tinggal semboyan belaka. Peraturan tidak lebih dari sekadar nyanyian merdu untuk meninabobokan masyarakat, katanya. Fenomena itu, tambah Ansari, semakin membuka peluang bagi pengusaha serakah untuk menerapkan sistem kapitalisme dalam bisnisnya. Para pengusaha serakah tersebut tidak khawatir lagi menjadi masyarakat awam yang menjadi buruh sebagai "sapi perah". Kondisi tersebut semakin diperparah dari banyaknya cendekiawan, akademisi dan praktisi bertingkah. Tidak jarang cendekiawan, akademisi dan praktisi tersebut berteriak lantang tentang kebenaran dan idealisme. Namun ketika para cendekiawan, akademisi dan praktisi itu diberi kesempatan berdampingan dengan punggawa pemerintahan, tingkah mereka terkadang "lebih bejat". Para cendekiawan, akademisi dan praktisi tersebut sering menjadi "stempel" dari ketidakbenaran punggawa pemerintahan, katanya. Lebih lanjut Ansari menambahkan, dalam kondisi yang "carut marut" itu harapan terakhir adalah kekonsisten pemuka agama untuk memberikan pencerahan. Namun jika pemuka agama juga telah terbius bisikan materialisme, maka keberadaannya juga tidak lebih dari stempel bagi ketidakbenaran punggawa pemerintahan. Masyarakat awam hanya bisa berdoa agar carut marut segera berakhir. "Jika masyarakat awam juga tidak mau berdoa, maka 'kiamat' sudah di depan mata bagi Indonesia, katanya. * COPYRIGHT © ANTARA 2008

kehancuran indonesia menurut alquran